Mengupas Sejarah dan Keberanian Hang Nadim, Laksamana Legendaris
Bandara Hang Nadim, yang menjadi satu-satunya bandara di Batam, memiliki sejarah panjang hingga saat ini usianya lebih dari 40 tahun. Nama bandara ini diambil dari sosok pahlawan Melayu yang kisahnya dikenal hingga lintas generasi.
Hang Nadim adalah tokoh sejarah dari era Kerajaan Malaka yang kisah hidupnya penuh perjuangan dan pengabdian. Ia dilahirkan sebagai anak yatim, putra tunggal dari Hang Jebat dan istrinya, Dang Wangi atau Dang Inangsih.
Latar Belakang Hang Nadim
Hang Jebat, ayah Hang Nadim, merupakan sahabat dekat Hang Tuah, seorang pengabdi di Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Sultan Mahmud Shah. Namun, persahabatan itu berakhir tragis ketika Hang Jebat dibunuh oleh Hang Tuah karena suatu konflik yang terjadi di dalam kerajaan.
Dang Wangi, yang saat itu sedang mengandung, melarikan diri ke Tumasek (kini dikenal sebagai Singapura) untuk menghindari hukuman dari Sultan Mahmud. Sebagai bentuk tanggung jawab, Hang Tuah mengambil bayi yang dilahirkan Dang Wangi Spaceman dan membesarkannya seperti anak sendiri.
Anak itu diberi nama Hang Nadim. Di bawah asuhan Hang Tuah, ia tumbuh menjadi seorang pemuda gagah yang memiliki keterampilan luar biasa. Ketika dewasa, beliau dinikahkan dengan Tun Emas Jiwa, putri kandung Hang Tuah. Dari pernikahan tersebut, mereka memiliki seorang putri bernama Tun Mata Ali.
Perjuangan Merebut Malaka
Setelah Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis, Hang Nadim berusaha keras untuk mengembalikan kejayaan kerajaan. Ia dikenal sebagai sosok yang tidak gentar melawan penjajah dan memiliki tekad kuat untuk merebut kembali Malaka.
Sebagai laksamana, ia mendapatkan julukan Lang-lang Laut karena tugasnya yang sering mengamankan wilayah perairan Selat Malaka. Dalam pelayarannya, seekor burung elang kerap menemani Hang Nadim, seolah menjadi simbol keberanian dan keagungannya.
Pada masa itu, Portugis yang memiliki kekuatan besar terus memperluas wilayah kekuasaannya. Mereka berhasil menaklukkan sisa-sisa Kerajaan Malaka di Kota Kara, meskipun Sultan Mahmud dan keluarganya berhasil menyelamatkan diri ke Kampar dengan bantuan Orang Sakai dan suku pedalaman.
Akhir Hidup Hang Nadim
Hang Nadim meninggal di masa tuanya dan dimakamkan di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Baru-baru ini, makamnya ditemukan di kawasan Roco Busung, dekat Desa Busung, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan.
Semangat perjuangan Hang Nadim tetap hidup dalam ingatan masyarakat Melayu. Kisahnya yang heroik menjadi inspirasi bagi generasi Melayu di Batam dan Kepulauan Riau.
Nama yang Diabadikan di Bandara Internasional
Sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasanya, nama Hang Nadim diabadikan menjadi nama bandara internasional di Batam. Hal ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi juga pengingat akan semangat pantang menyerah dan keberanian laksamana Melayu dalam mempertahankan tanah airnya.